Kehadiran penghuni Perumnas Banyumanik menambah jumlah umat Katolik di stasi ini. Konsekuensinya, kapelĀ baru pun tidak mampu menampung seluruh umat, diperkirakan jumlah umat waktu itu sekitar 350 KK.
Pada saat pelaksanaan ekaristi hari Minggu, jam 09.00 WIB, sebagian umat terpaksa berdiri di luar/halaman tanpa tempat duduk danĀ peneduh. Tentu menjadi dambaan umat stasi agar semua umat dapat mengikuti ekaristi dalam suasana yang nyaman.
Sebagai tindak lanjut atas ketidakmampuan Kapel Banyumanik menampung umat saat perayaan ekaristi, maka dalam rapatnya pada tanggal 16 Oktober 1981, Dewan Paroki Karangpanas membentuk Panitia Pembangunan Gereja Banyumanik.
Pada tanggal 15 Januari 1982 gambar situasi Gereja telah siap, termasuk IMB Gereja tanggal 29 Mei 1982 telah diterima, maka dipilihlah tanggal 1 Juni 1982 bertepatan dengan hari pesta pelindung permandian Rama Kardinal, dilaksanakan secara resmi peletakan batu pertama oleh Rama Kardinal, disaksikan oleh pejabat pemerintah Kota Semarang, wakil dari Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah, Tripida (saat itu) dan undangan lainnya.
Bangunan seluas 767 m2, terdiri dari bangunan induk dan pringgitan, pastoran, menara dan gapura selesai dikerjakan dalam waktu empat bulan, mulai 1 Juni s.d. akhir September 1982. Suatu pekerjaan yang luar biasa, betapapun biaya pembangunan yang harus disediakan oleh panitia tidak selancar seperti yang diharapkan.
Gereja Santa Maria Fatima Banyumanik berbentuk joglo menunjukkan artistik Jawa kuno, pemberkatannya dilakukan oleh Mgr. Yulius Darmatmadja SJ, Uskup Keuskupan Agung Semarang, pada tanggal 13 Oktober 1982 dalam upacara yang sangat sederhana.
Pada saat pemberkatan itu, umat Stasi Banyumanik memperoleh anugerah besar dari Keuskupan Agung Semarang, yaitu diterimanya peningkatan status dari Stasi menjadi Paroki dengan nama Paroki Santa Maria Fatima Banyumanik.